Rabu, 22 Desember 2010

TUGAS KOMPUTER DASAR

DEFINISI JURNAL SOSIOLOGI INTERNASIONAL
1.Didirikan pada tahun 1986 oleh International Sosiologi Association (ISA), International Sosiologi (ISS) adalah salah satu jurnal sosiologis pertama yang mencerminkan kepentingan penelitian dan suara komunitas internasional sosiologi. Perkembangan jurnal ini memberikan kontribusi dari berbagai bidang sosiologi, dengan fokus pada pendekatan internasional dan komparatif.
Saat ini Universitas di berbaggai wilayah Indonesia terus melakukan pengembangan jurnal sosiologi. Salah satunya adalah jurnal masyarakat yang digagas oleh mahasiswa Universitas Indonesia. Jurnal MASYARAKAT menjadi media informasi dan komunikasi dalam rangka pengembangan sosiologi di Indonesia. Redaksi MASYARAKAT mengundang para sosiolog, peminat sosiologi atau pemerhati ilmu sosial lainnya, dan para mahasiswa sosiologi untuk berdiskusi dan menulis secara bebas dan kreatif demi pengembangan sosiologi di Indonesia.
Jurnal MASYARAKAT terbit dua kali dalam setahun. Kriteria penulisan: merupakan karya sendiri maksimal 8.000 kata (tidak lebih dari 25 halaman A4, spasi tunggal), belum pernah dipublikasikan, dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan memiliki relevansi untuk diterbitkan. Artikel dapat berupa hasil penelitian, kertas kerja, ulasan teori atau metodologi, ulasan tentang kebijakan atau situasi sosial, dan referensi buku.
Jurnal Internasional Sosiologi, memungkinkan para peneliti berbahasa Inggris melakukan riset Sosiologi yang serius dari beberapa negara. Jurnal ini berfokus pada pembelajaran sosiologi makro dengan perhatian khusus pada perbandingan kerja dan riset antar-negara yang menggunakan data dari beberapa sumber seperti Badan Survey Dunia, Survey Sosial Eropa dan Program Survey Sosial Internasional. Didirikan pada tahun 1986 oleh International Sosiologi Association (ISA), International Sosiologi (ISS) adalah salah satu jurnal sosiologis pertama yang mencerminkan kepentingan penelitian dan suara komunitas internasional sosiologi. Perkembangan jurnal ini memberikan kontribusi dari berbagai bidang sosiologi, dengan fokus pada pendekatan internasional dan komparatif. Saat ini Universitas di berbaggai wilayah Indonesia terus melakukan pengembangan jurnal sosiologi. Salah satunya adalah jurnal masyarakat yang digagas oleh mahasiswa Universitas Indonesia. Jurnal MASYARAKAT menjadi media informasi dan komunikasi dalam rangka pengembangan sosiologi di Indonesia. Redaksi MASYARAKAT mengundang para sosiolog, peminat sosiologi atau pemerhati ilmu sosial lainnya, dan para mahasiswa sosiologi untuk berdiskusi dan menulis secara bebas dan kreatif demi pengembangan sosiologi di Indonesia. Jurnal MASYARAKAT terbit dua kali dalam setahun. Kriteria penulisan: merupakan karya sendiri maksimal 8.000 kata (tidak lebih dari 25 halaman A4, spasi tunggal), belum pernah dipublikasikan, dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan memiliki relevansi untuk diterbitkan. Artikel dapat berupa hasil penelitian, kertas kerja, ulasan teori atau metodologi, ulasan tentang kebijakan atau situasi sosial, dan referensi buku. Situs-situs yang menyediakan jurnal internasional:


2.CONTOH JURNAL

Latar Belakang
Dengan perkembangan dunia pertelevisian dalam era globalisasi dan perkembangan televisi swasta di tanah air dengan berbagai saluran yang menawarkan berbagai macam acara dan berbagai alternatif hiburan yang berakibat jika kesenian tradisional kurang mendapat tempat dankurang diminati terutama pada masyarakat Jawa Timur, kehadiran Ludruk (sandiwara tradisional yang diselingi nyanyian dan tarian) sekarang memprihatinkan dengan semakin tersingkirkan dan kini berada diambang kematian. Dengan mengutip pernyataan James R. Bandon, peneliti seni tradisional di Harvest University, di Surabaya dan sekitarnya terdapat 50 group wayang orang, 120 group ketoprak dan 30 group ludruk. (Astro : 2002)
Ludruk merupakan salah satu kesenian khas Jawa Timur yang tergolong folklore setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerakan-gerakan yang dimainkan di atas panggung / dapat juga ditampilkan sebagai teater seperti teater tradisional.
Menurut Kasiyanto :1997/1998 :16 dikatakan bahwa keberadaan ludruk saat ini telah mengalami kemunduran. Perkembangan masyarakat tidak diikuti oleh peningkatan dengan ide-ide baru sesuai dengan selera dan kebutuhan masyarakat yang belum sesuai dengan apresiasi masyarakat khususnya masyarakat Surabaya.
Untuk mendapatkan ludruk yang berbobot dan berkualitas, banyak berbagai macam kendala baik secara internal maupun eksternal salah satunya perkembangan pada dunia pertelevisian yang menawarkan berbagai alternative hiburan sehingga diperkotaan ludruk sepi pengunjung dan akhirnya tidak kerasan mencari penghidupan dikota. Dengan demikian jika ludruk mendapatkan persepsi atau tanggapan yang baik maka para pemain akan mendapat perhatian dan antusias dari penonton dan masyarakat, disisi lain juga sikap dan cara pandang masyarakat terhadap profesi “Ludruk” yang kurang menguntungkan, sebagaimana diungkapkan R.D. Lang “ manusia selalu memikirkan orang lain dan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya dan apa yang orang lain pikirkan mengenai yang ia pikirkan meskipun memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekililingnya (D.Mulayana, 2002 : 176), maka diharapkan ludruk dapat menjadi seniman yang professional. Dan yang paling penting menurut masyarakat adalah menciptakan citra baru ludruk dengan pagelaran yang lebih bagus, tergarap dengan baik dan lebih professional sehingga masyarakat berbagai lapisan tetap mau menonton. (Kasiyanto, 15)
Beritik tolak dari uraian diatas maka perlu kiranya dapat diuraikan bagaimana dapat mengubah persepsi masyarakat kota terhadap profesi “Ludruk” sehingga dapat diterima sesuai apresiasi masyarakat sebagai profesi yang dapat menunjang kehidupan dengan tidak meninggalkan profesionalisme ludruk sesuai dengan kaidah-kaidah dalam masyarakat.
Perumusan Masalah
Lingkungan alam dan kondisi sosial yang ada pada masyarakat khususnya masyarakat Jawa Timur adalah berbeda sehingga menyebabkan perbedaan dalam persepsi setiap individu dan masyarakat dalam memandang berbagai profesi/pekerjaan yang hanya dibatasi pada profesi “Ludruk” di Surabaya sebagai berikut :
- Bagaimana persepsi masyarakat Surabaya dewasa ini dalam memandang ludruk sebagai profesi.
- Upaya-upaya apa saja yang akan dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme para seniman ludruk.
Pembahasan
Persepsi Masyarakat Kota Terhadap Profesi Ludruk di Surabaya
Kelompok Remaja
1. Sensasi
Tahap paling awal dalam penerimaan informasi ialah sensasi yang berasal dari kata “Sense” artinya alat penginderaan yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya/ Bila alat-alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak maka terjadilah proses sensasi. Kata Dennis Cook dalam Jalaludin Rakhmat sensasi adalah pengalaman elementer para remaja dalam kesenian (ludruk) yang tidak memerlukan penguraian erbal, simbolis/konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.
Dari data yang di peroleh di lapangan dari para informan hampir sebagian besar (35,4%) para remaja mengatakan mereka mengetahui dan pernah menonton ludruk. Para remaja dalam menonton kesenian ini lebih banyak lewat televisi (91,65%) dibandingkan dengan melihat secara langsung di tempat pertunjukan atau di dapat dari masyarakat sekitarnya dan yang lain tidak menjawab karena kurang begitu menyukai. Remaja ini menyukaai ludruk karena kebanyakan melihat permainan dan pemainnya yang lucu, kidungannya yang bagus, musik pengiringnya enak, hal ini di kutip dari salah satu sumber informan sebagai berikut :
“Saya tahu kesenian ludruk lewat televise dan menyenangi kesenian ludruk karena permainnya, cerita lucu penuh humor, musiknya enak, kidungannya bagus”.
Hal ini di perkuat hasil penelitian Kasiyanto Kasemin mengatakan bahwa yang mendorong masyarakat untuk menonton kesenian tradisional ludruk adalah karena mereka merasa orang Jawa Timur sehingga merasa perlu untuk membudayakan tradisi Jawa timur disamping memang senang nonton kesenian ludruk sebagai hiburan.
2. Atensi
Berdasarkan dari analisis data dapat ditunjukkan bahwa yang menjadi daya perhatian yang paling menarik bagi kelompok remaja untuk menonton kesenian ludruk 25,4% mengatakan bahwa mereka menyaksikan ludruk dikarenakan permainannya sangat menarik di lihat dari segi ceritanya, musiknya dan para pemainnya, di pihak lain yakni 6,9% mengatakan bahwa menyaksikan petunjukan ludruk karena menyukai kidungannya yang banyak di lontarkan banyolan-banyolan/humornya, atraksi-atraksinya ada keunikan, sedang di sisi lain ada yang tidak bisa menjawab 9,99% kurang berminat atau tidak suka menonton ludruk. Hal ini di perkuat dari sumber informasi mengatakan :
“Ketertarikannya menonton ludruk di karenakan pemainnya dalam lakon dalam cerita-cerita pertunjukan yang di lihat di televisi lucu penuh banyolan-banyolan di samping kidungan-kidungannya, pengiring musiknya yang tampil di pentas membuat penonton tertawa”.
Pada dasarnya pertunjukan ludruk merupakan perpaduan dari seni panggung dengan operette (Sandiwara yang sebagian besar dialognya di lagukan) dalam ludruk nyanyian yang di dendangkan disebut Gendingan Jula-juli. Bentuknya menyerupai pantun yang biasa di sebut parikan. Isinya berupa nasehat, sindiran atau sketsa masyarakat yang berbau kritik dibawakan oleh pelawak yang dinyanyikan/didendangkan secara humoris, diiringi gamelan.
Ketika ditanyakan kepada tentang harapan-harapan bagi kelompok remaja dalam keberlangsungan ludruk agar masih tetap bertahan dan eksisi sesuai perkembangan keadaan dan zaman, sebagian besar menyatakan bahwa berharap kesenian ludruk ini tetap di lestarikan sebagai warisan budaya dengan pembinaan kepada kelompok group ludruk agar tidak punah sebagai kesenian khas Surabaya dengan regenerasi pada kelompok pemain ludruk, dimana sebagian besar group ludruk sekarang ini ibarat hidup enggan mati tidak mau. Bagaimana tidak saat ini meskipun eksistensi ludruk diakui sebagai kesenian tradisional, namun faktanya kehidupan ludruk hanya jalan di tempat, bahkan banyak yang gulung tikar.
3. Motivasi
Apabila di lihat motivasi remaja menonton ludruk menyatakan hanya sebagai hiburan karena lucu. Tetapi ada juga yang hanya sekedar tahu aja menonton kaena menambah wawasan seni budaya dan disuruh dan yang lain tidak tahu apa motivasinya hanya sekedar tahu tentang ludruk. Ketika di tanyakan apakah ada keinginan untuk jadi pemain ludruk hampir semua remaja (96,15%) mengatakan tidak menyukai menjadi pemain ludruk dan sebagian kecil (3,84%) menyukai jadi pemain ludruk untuk pelestarian kesenian tersebut agar tidak punah sedang lainnya tidak menjawab karena memang tidak suka. Sebagaimana di kutip dari sumber informasi mengatakan :
“Senang dengan ludruk karena hiburan yang lucu, tetapi kalau jadi pemain tidak menyukai hal ini karena di anggap bukan hal yang menjanjikan seperti seni lainnya, misalnya musik disamping itu lakonnya tetap saja”.
Hal ini di perkuat oleh Kasiyanto di ungkapkan terutama anak-anak muda menganggap bahwa pertunjukan ludruk kurang digarap secara professional baik dari segi teknik bermain, tata panggung, tata busana maupun penggalian cerita. (Jurnal, Penelitian dan Komunikasi Pembangunan, 1998 : 12)
Demikian dalam Jurnal dari kesenian ludruk bisa hidup lagi apabila didukung oleh seniman muda terpelajar cuma persoalannya sekarang masih sulit mencari anak-anak muda terpelajar yang senang ludruk.
Tentang motivasi kelompok remaja dalam memorinya setelah menyaksikan pertunjukkan ludruk umumnya mereka masih mengingat apa yang telah ditampilkan oleh pemain, ceritanya, pemainnya lakonnya maupun kidungannya ludruk (7,69%), yang kadang-kadang masih mengingat lakonnya (1,54%), lainnya tidak mengingat-ingat apa yang telah di saksikan baik ceritanya, pemainnya, lakonnya maupun kidungannya.
Keadaan inilah faktor penyebab ludruk belum bisa eksis sebagai contoh pada ludruk tobong yakni ludruk ngamen/tanggapan menempati satu tempat di gedung pertunjukan. Misal (kelompok Ludruk Irama Budaya). Keadaan ini di perkuat hasil wawancara dengan Ketua Group Ludruk Irama Budaya bahwa untuk pementasan yang di lakukan setiap hari di tempat pertunjukakn di Pulo Wonokromo kebanyakan kaum remaja/muda menonton cukup banyak tetapi hanya sebagai hiburan saja. Ludruk tobong ini jika ingin tetap eksis, tidak ingin semakin terpuruk dan di tinggalkan penggemarnya harus berani mengontrak pemain bagus dan seenaknya sendiri menentukan pemain.
Kelompok Dewasa
1. Sensasi
Saat menonton pertunjukan ludruk para informan dari kelompok dewasa menyatakan bahwa mereka pada umumnya hampir 9,23% sangat mengetahui dan pernah melihatnya karena bagus dan cocok untuk budaya Surabaya di samping ada faktor humornya/dagelannya yang lucu-lucu. Tentang pengetahuan masyarakat kebanyakan mereka mendapat informasi tentang ludruk ini dari media televisi/radio (4,61%), tempat sekitar (3,85%), masyarakat setempat (0,77%) dan yang tidak menjawab (0,77%). sebagaimana di kutip dari sumber informasi bahwa :
“Sebenarnya saya tahu tentang kesenian ludruk karena pemainnya bagus, cocok dengan kondisi Surabaya yang masyarakatnya terbuka dan ceritanya lucu penuh dagelan dan saya tahu dari melihat di televisi maupun dengarkan di radio-radio contohnya group Kartolo CS, group Karya Budaya para pemainnya sangat menarik”.
Salah satu faktor penting yang mendorong masyarakat untuk menonton kesenian tradisional ludruk adalah inisiatif ingin mencari hiburan disamping adanya rasa keterikatan budaya
2. Atensi
Rasa perhatian yang di berikan oleh kelompok orang dewasa saat sesudah menonton pertunjukan ludruk yang paling menarik adalah lakon dan cerita pemainnya, musiknya (4,61%), untuk yang menyukai lawakan dan banyolan saja menjawab (4,6%) lain-lain (0,76%) dan yang tidak menjawab karena tidak terlalu perhatian.
Tentang apakah ludruk dapat diangkat sebagai suatu pekerjaan tetap? Menurut kelompok orang dewasa mengatakan bahwa 19,23% ludruk dapat diangkat sebagai pekerjaan tetap guna menopang kehidupan keluarga, sedang 16,15% menjawab tidak dapat menjadi pekerjaan tetap karena tidak menjanjikan keajegan sumber penghidupan keluarga, dan yang lainnya 3,08% menjawab tergantung pada faktor lingkungan dan keadaan, sisa yang lain (3,84%) tidak menjawab sama sekali. Diperkuat dari hasil wawancara dengan sumber informasi sebagai berikut :
“Ludruk bukan suatu pekerjaan tetap hanya sekedar pekerjaan yang bergerak pada bidang seni dimana bila pemainnya bermain sesuai perkembangan zaman maka dapat diharapkan dapat jadi sebuah profesi/pekerjaan tetap”.
Untuk harapan kelompok dewasa pada kesenian ludruk saat ini sesuai dengan sumber infroman mengatakan perlu adanya pelestarian dari kesenian ini baik lewat kaderisasi, dikembangkan sesuai selera masyarakat agar tetap eksis dengan pengembangan lebih variatif cerita-ceritanya agar tidak membosankan perlu adanya pembaharuan-pembaharuan pada kesenian ludruk ini agar dapat menjadi suatu pekerjaan tetap bagi masyarakat, untuk ikut serta masuk lebih dalam tidak semua organisasi dapat menjalani karena perlu bakat khusus.
3. Motivasi
Dorongan kelompok dewasa untuk menyaksikan ludruk dapat dikatakan bahwa jawabannya variatif 3,01% mengatakan untuk mencari hiburan, 0,76% hanya sekedar ingin tahu dan yang lainnya tidak menjawab. Para informan orang dewasa cenderung mengatakan tidak mempunyai keinginan untuk menjadi pemain ludruk karena bukan profesi yang menjanjikan. Dari apa yang sudah ditonton dari televisi para informan mengatakan bahwa yang selalu di ingat dari pertunjukan ludruk adalah pemainnya, cerita-cerita lucu/dagelannya, tetapi ada juga tidak terlalu mengingat cerita-ceritanya hanya sekedar menonton saja.
Dalam hal ini dapat digambarkan bahwa persepsi antara kelompok remaja dan kelompok dewasa dalam memandang ludruk sebagai profesi adalah sama yakni bukan merupakan suatu profesi yang diharapkan karena tidak menjanjikan untuk kelangsungan hidup dalam mencukupi kebutuhan keluarga, pada umumnya mereka menonton ludruk hanya sekedar untuk mencari hiburan baik yang di tonton lewat televisi kalaupun ada yang menyukai hanya sekedar untuk menyalurkan hobinya dan tidak terus menekuni profesi ini lebih-lebih setelah menkih. Setiap kali seseorang di hadapkan pada suatu rangsangan yang sudah biasa ia hadapi maka ia akan langsung mengumpulkan informasi (dari pengalamannya) dan membandingkan dengan rangsangan yang ia hadapi sekarang. Bagaimana ia memberi arti terhadap rangsangan tersebut tergantung kepada kepribadian dan aspirasi yang bersangkutan.
Upaya-upaya yang di lakukan untuk meningkatkan profesionalisme seniman ludruk
Diketahui bahwa ludruk termasuk jenis teater tradisional Jawa yang lahir dan berkembang di tengah-tengah dan bersumber pada spontanitas kehidupan rakyat. Disampaikan dengan penampilan dan bakat yang mudah dicerna masyarakat. Selain berfungsi sebagai hiburan, seni pertunjukan ini juga berfungsi sebagai pengungkapan suasana kehidupan masyarakat pendukungnya. Disamping itu juga sering di manfaatkan sebagai penyaluran kritik sosial. Menurut sensus kesenian yang di lakukan oleh Kanwil P & K Jawa Timur sampai tahun 1985 terdapat 58 perkumpulan ludruk dengan 1530 orang pemain. (http://www.Kidemang.com/kds15_03menu%20display%20sekar%20)
Pada era globalisasi ludruk yang seluruh pemainnya laki-laki itu semakin terpinggirkan dan kini berada diambang kematian. Menurut pakar dari UNESA Dr. Setya Yuwana Sudikman, MA yang di rintis Pak Santik sekitar tahun 1907 di desa Ceweng Kecamatan Goda Kabupaten Jombang di sayangkan kematiannya karena fungsinya bukan hanya sekedar hiburan. Juga sesuai dengan apa yang di kemukakan Prof.Soedarsono, betapa sulitnya, menyiasati untuk mengangkat seni pertunjukan tradisional untuk bisa berkibar kembali seperti 1950-an. Para pakar sepakat bahwa kehadiran seni-seni modern dari dalam negeri maupun luar negeri melalui film, televisi maupun VCD akhir-akhir ini telah menempatkan seni ludruk pada posisi yang semakin terpuruk apalagi kondisi ekonomi Indonesia yang hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda membaik juga ikut memperparah nasib ludruk.
Berbagai upaya harus di lakukan mulai sekarang ini baik dimulai dari para seniman ludruk, masyarakat, maupun pemerintah setempat dimana ketika muncul pimpinan kota Surabaya yang sempat memperihatinkan warganya itu sirna maka ada baiknya cerita itu di serahkan kepada para pemain ludruk saja. Dengan demikian para pemimpin itu bisa berkosentrasi memikirkan rakyatnya memberikan kesempatan kelompok ludruk untuk maju berkembang. Dari hasil wawancara dengan sumber informan baik kelompok remaja maupun kelompok dewasa mengatakan bahwa agar ludruk sebagai kesenian tradisional Surabaya terus di lestarikan keberadaannya agar tidak punah dan dikembangkan lebih inovatif dan kreatif, dikemas dengan lebih modern, variatif tanpa pengaruh budaya asing serta tidak luntur dengan keadaan saat ini sehingga tetap maju untuk di teruskan dan di wariskan kepada generasi muda. Yang diungkapkan oleh ketua group Ludruk Irama Budaya dan Pemerhati Ludruk .
Dengan demikian upaya yang bisa di lakukan antara lain :
1. Para seniman ludruk harus cerdas dan kreatif.
Bagaimanapun juga dapat dikatakan bahwa masyarakat ludruk sendiri yang harus memiliki kesadaran membangun sumber daya manusianya sehingga keberadaannya tidak terpinggirkan.
2. Sering diadakan gelar festival ludruk untuk semua kalangan masyarakat khususnya kelompok muda secara berkelanjutan dengan harapan bahwa seringnya tampil pada pertunjukkan-pertunjukkan dapat membuat ludruk semakin terkenal kembali.
3. Penyediaan gedung untuk pementasan ludruk karena selama ini group ludruk yang masing eksis tinggal pada lahan kontrakan yang sewaktu-waktu bisa di gusur.
4. Pemimpin ludruk harus berani mengontrak/membeli pemain ludruk yang bagus. Selama ini pemain ludruk mengambil tidak jauh dari orang-orang dekat dan menyukai seni tanpa mempertimbangkan profesionalisnya yang berakibat bahwa tingkat profesionalisme pemain ludruk (ludruk tobong) saat ini belum terbangun baik. Akibatnya penghargaan terhadap pemain ludruk jauh dari memuaskan, mana bisa hidup kalau honor Cuma Rp. 2000 – 3000 sekali main.
5. Pemerintah tetap menjaga kelestarian kesenian ludruk ini dengan terus melakukan pembinaan pada para seniman ludruk dan sering bekerja sama dengan media (televisi, radio) untuk tetap menyiarkan acara tersebut.
Hal ini di perkuat pendapat dari pemerhati ludruk (Bapak Bawong dan Bapak Sunyoto) dan seniman ludruk Irama Budaya (Bapak Zakia) mengatakan bahwa sebagai kesenian khas Surabaya agar tidak punah maka pemerintah perlu lebih memperhatikan para seniman ludruk dengan melalui pembinaan yang berkelanjutan yang terkesan saat ini pemerintah hanya memberikan penghargaan lewat secarik kertas yang bagi kelompok group ini hanya bersifat sementara yang diinginkan agar pemerintah lebih dalam lagi memperhatikan nasibnya dengan jalan memberikan fasilitas gedung untuk manggung, membantu di beri modal mereka usaha, dapat di beri kesempatan menjadi pegawai negeri/kontrak pemerintah, di wadahi kelompok tersubut.
Kita tahu bahwa ludruk telah banyak berperan dalam menyebarkan ajaran-ajaran luhur tentang kemanusiaan. Bahkan dalam sejarah perjuangan bangsa, ludruk juga telah menunjukkan perannya. Cak Durasim tokoh ludruk Surabaya juga menggunakaan seni ini untuk membangkitkan semangat nasional. Parikan (nyanyian) terkenal dari Cak Durasim yang sarat dengan pesan-pesan nasionalismenya. Bekupon omahe doro / melok nipon uripe sengsoro akan terus di kenang oleh generasi yang akan datang dan di teruskan oleh kelompok-kelompok ludruk baru yang muda-muda, dimana kelak ludruk akan mengalami zaman keemasan lagi dalam seni pertunjukan tradisional seperti pada awal tahun 1950-an.
Dengan pengalaman pahit yang pernah dirasakan akibat kesenian ini ludruk lama tidak muncul kembali kepermukaan sebagai sosok kesenian yang menyeluruh, yang mana untuk masa ini ludruk benar-benar menjadi alat hiburan sehingga generasi muda yang tidak mengalami sejarah akan mengenal ludruk sebagai group sandiwara lawak saja, padahal kalau dilihat dari sejarahnya ludruk berfungsi juga sebagai alat penerangan kepada rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan dalam masa persiapan kemerdekaan disamping juga merupakan teater rakyat yang membawa cerita-cerita Belanda kepahlawanan, misalnya : Sawunggaling, Sarip Tambakboyo, Trunojoyo, Branjang Kawat.
Kesimpulan dan Saran
1. Kelompok remaja dan kelompok dewasa terhadap profesi ludurk di kota Surabaya bahwa persepsi masyarakat kota khususnya mengetahui dan pernah menonton ludruk lebih banyak dari media televisi selain juga dari media elektronika lain dan mereka menyenangi ludruk karena mengingat permainannya, pemainnya, ceritanya, kidungannya bagus dan lucu serta hanya untuk mencari hiburan saja dan tentang persepsi masyarakat kota sendiri yang memandang bahwa profesi untuk menjadi pemain/seniman ludruk kebanyakan kurang menyukai sebagai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena profesi ini kurang menjanjikan untuk tetap survive dalam kehidupan ini.
2. Untuk dapat tetap lestari kesenian ludruk ini berbagai upaya harus di lakukan secara bersama antara pemerintah dan para pemain group kelompok ludruk antara lain lebih kreatif ceritanya, sering tampil pada festival-festival, disediakan gedung pertunjukan tetap, kontak pemain baru, pembinaan oleh pemerintah kota agar kesenian ini tidak punah dan terus di wariskan demi generasi ke generasi.
Agar kesenian tradisional khas Jawa Timur ini tetap eksis dan dapat terus di lestarikan maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Para pemain/seniman ludruk lebih sering tampil di berbagai kesempatan, terus di pantau dan di lestarikan di berbagai lapisan masyarakat khususnya sering di tanggap pada acara-acara hajatan di masyarakat, honor para pemain dinaikkan sesuai dengan keadaan sat ini/sesuai dengan upah minimum rata-rata pada pekerja swasta, cerita-ceritanya dapat dikemas seperti di cerita-cerita sinetron-sinetron, perlu ditetapkan kode etik bagi seniman ludruk agar professional dalam menjunjung fungsi aturan-aturan bermain.
2. Pemkot Surabaya saling mendukung kelompok kesenian ini dengan lebih banyak memperhatikan nasib para kelompok group pemain ludruk yakni memberi jatah lebih banyak/prosinya sama banyak untuk tampil baik di media televisi, radio seperti acara-acara musik, sinetron. Disamping itu diberi kesempatan untuk di berikan modal untuk pengembangan kelompok ini lewat pemberdayaan group ludruk sebagai pekerjaan sampingan selain sebagai seniman ludruk, dan pemerintah lebih banyak juga memberikan bantuan beasiswa kepada para seniman ini yang berbakat untuk belajar mempelajari kesenian ini pada lembaga di negara lain sebagai pengembangan kreativitas dan kelestarian serta inovasi terbaru kesenian ini, dan tidak lupa juga peran media sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam menyebarluaskan perkembangan kesenian ludruk mengingat ludruk pernah menjadi media dalam sejarah perjuangan dan penerangan oleh pemerintah dalam menyampaikan informasi-informasi pembangunan dan komunikasi pada masyarakat.
Daftar Pustaka
Asyiani Imam Safari, 1993, Sosiologi Masyarakat Kota & Desa, Usaha Nasional.
Bungin Burhan, 2005, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Gitosudarmo Indrio, I Nyoman Sudita, Perilaku Organisasi, BPPE, cetakan kedua, Yogyakarta.
Indrawijaya, Adam I, 1989, Perilaku Organisasi, SInar Baru, cetakan IV, Bandung.
Kasimin Kasiyanto, 1999, Ludruk Sebagai Teater Sosial, Airlangga University Press, Surabaya.
Mulyana Dedy, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosda Karya.
Muhammad Abdul Kadir, 2001, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung.
M.Cholil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota & Desa, Usaha Nasional.
Miles, BM., Mitchel, H, 2005, Qualitative Data Analysis dalam Pergulatan PKL di Perkotaan, Muhammadiyah University Press.
Ruslan Rosady, 2004, Etika Kehumasan Konsepsi &Aplikasi, Raja Grapindo Persada, Jakarta.
Soehoet Hatta A.M., 2002, Etika dan Kode Etik Komunikasi, Yayasan Kampus Tercinta ISIP, Jakarta.
Salam Burhanudin, Etika Sosial Asas Moral Dalam Kehiudpan Manusia, Rineka Cipta, Jakarta.
Suprianto John dkk, 2003, Perilaku Organisasional, bagian Penertiban Sekolah Tinnggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Tedjo Saputro Liliana, 2003, Etika Profesi & Profesi Hukum, Aneka Ilmu, cetakan II.
Thoha Miftah, 1996, Perilaku Organisasi Konsep dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
_____________, Jurnal Penelitian dan Komunikasi Pembangunan, No. 41 tahun 1997/1998, Badan Litbang Penerangan Departemen Penerangan R.I.
Surat Kabar :
Republika, 28 September 2007, Ludruk perlu Di Dukung Seniman Muda.
Kompas Jatim, Rabu 14 Mei 2003, Surabaya “Nanggap” Ludruk di hari jadinya.
Surya, Sabtu 19 Mei 2007, Ludruk dalam Analisis Sosial dan Politik
Surya, Sabtu, 19 Mei 2007, Seniman Ludruk harus kreatif agar bertahan.
Surya, Minggu, 16 Mei 2007, Ludrukpun menyentuh Lumpur Lapindo.
Internet :
www.petra.ac.id/asjava/culture, Kesenian
http://unit.itb.ac.id/_loedroek/?Pase_id=5, Sejarah Kesenian Loedroek.
http://id.wikipedia.org/wiki/ludruk;Ludruk
http://www.d-infokom-Jatim.go.id/news.php?id=608, Ludruk tobong harus berani kontrak pemain.
http://www.ki-demang.com/kds15-03Menu%20Display%s20sekar%20.
Thonthowi, Supaya Ludruk Gak Matek, http://www.ikas-mariagitma.net/V3/content/view/76/18




3.ARTIKEL TENTANG MAHZAB FRANKFRUT
Mazhab Frankfurt ini adalah tahun 1930, ketika Max Horkheimer diangkat sebagai direktur lembaga riset sosial tersebut. Beberapa filsuf terkenal yang dianggap sebagai anggota Mazhab Frankfurt ini antara lain Theodor Adorno, Walter Benjamin, dan Jürgen Habermas. Perlu diingat bahwa para pemikir ini tidak pernah mendefinisikan diri mereka sendiri di dalam sebuah kelompok atau 'mazhab', dan bahwa penamaan ini diberikan secara retrospektif. Walaupun kebanyakan dari mereka memiliki sebuah ketertarikan intelektual dengan pemikiran neo-Marxisme dan kritik terhadap budaya (yang di kemudian hari memengaruhi munculnya bidang ilmu Studi Budaya), masing-masing pemikir mengaplikasikan kedua hal ini dengan cara-cara dan terhadap subyek kajian yang berbeda.
Ketertarikan Mazhab Frankfurt terhadap pemikiran Karl Marx disebabkan antara lain oleh ketidakpuasan mereka terhadap penggunaan teori-teori Marxisme oleh kebanyakan orang lain, yang mereka anggap merupakan pandangan sempit terhadap pandangan asli Karl Marx. Menurut mereka, pandangan sempit ini tidak mampu memberikan 'jawaban' terhadap situasi mereka pada saat itu di Jerman. Setelah Perang Dunia Pertama dan meningkatnya kekuatan politik Nazi, Jerman yang ada pada saat itu sangatlah berbeda dengan Jerman yang dialami Karl Marx. Sehingga jelaslah bagi para pemikir Mazhab Frankfurt bahwa Marxisme harus dimodifikasi untuk bisa menjawab tantangan zaman.
Patut dicatat bahwa beberapa pemikir utama Mahzab Frankfurt beragama Yahudi, dan terutama di perioda awal secara langsung menjadi korban Fasisme Nazi. Yang paling tragis ialah kematian Walter Benjamin, yang dicurigai melakukan bunuh diri setelah isi perpustakaannya disita oleh tentara Nazi. Beberapa yang lainnya, seperti Theodor Adorno dan Max Horkheimer terpaksa melarikan diri ke negara lain, terutama Amerika Serikat.
Contoh karya-karya terkenal yang dihasilkan para pemikir Mazhab Frankfurt antara lain Dialectic of Enlightenment, Minima Moralia, Illuminations.
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Sejarah Mazhab Frankfurt
• 2 Fase Pertama
• 3 Para pemikir dan pakar utama Mazhab Frankfurt
• 4 Rujukan
• 5 Lihat pula
• 6 Pranala luar

[sunting] Sejarah Mazhab Frankfurt
Mazhab Frankfurt mengumpulkan para pembangkang Marxis, para kritikus keras kapitalisme yang percaya bahwa beberapa orang yang dianggap sebagai pengikut Marx telah membeo, menirukan beberapa cuplikan sempit dari gagasan-gagasan Marx, biasanya dalam membela partai-partai komunis atau Sosial-Demokrat ortodoks. Mereka khususnya dipengaruhi oleh kegagaln revolusi kaum pekerja di Eropa Barat setelah Perang Dunia I dan oleh bangkitnya Nazisme di negara yang secara ekonomi, teknologi, dan budaya maju (Jerman). Karena itu mereka merasa harus memilih bagian-bagian mana dari pemikiran-pemikiran Marx yang dapat menolong untuk memperjelas kondisi-kondisi yang Marx sendiri tidak pernah lihat. Mereka meminjam dari mazhab-mazhab pemikiran lain yang mengisi apa yang dianggap kurang dari Marx. Max Weber memberikan pengaruh yang besar, seperti halnya juga Sigmund Freud (seperti dalam kasus sintesis Freudo-Marxis oleh Herbert Marcuse dalam karyanya tahun 1954, Eros and Civilization). Penekanan mereka terhadap komponen "Kritis" dari teori sangat banyak meminjam dari upaya mereka untuk mengatasi batas-batas dari positivisme, materialisme yang kasar, dan fenomenologi dengan kembali kepada filsafat kritis Kant dan penerus-penerusnya dalam idealisme Jerman, khususnya filsafat Hegel, dengan penekanannya pada negasi dan kontradiksi sebagai bagian yang inheren dari realitas. Sebuah pengaruh penting juga dating dari penerbitan Manuskrip Ekonomi-Filsafat dan Ideologi Jerman karya Marx tahun 1930-an yang memperlihatkan kesinambungan dengan Hegelianisme yang mendasari pemikiran-pemikiran Marx: Marcuse adalah salah satu orang yang pertama mengartikulasikan signifikansi teoretis dari teks-teks ini.
[sunting] Fase Pertama
Pengaruh intelektual dan fokus teoretis dari generasi perttama dari para theoretikus Kritis Mazhab Frankfurt muncul dalam diagram berikut:

Institut ini membuat sumbangan-sumbangan penting dalam dua bidang yang terkait dengan kemungkinan-kemungkinan subyek manusia yang rasional, yaitu individu-individu yang dapat bertindak secara rasional untuk bertanggung jawab atas masyarakat dan sejarah mereka sendiri. Yang pertama terdiri atas fenomena sosial yang sebelumnya dianggap dalam Marxisme sebagai bagian dari "superstruktur" atau sebagai ideologi: struktur-struktur kepribadian, keluarga dan otoritas (penerbitan bukunya yang pertama diberi judul Studi tentang Otoritas dan Keluarga), dan ranah estetika dan budaya massa. Studi-studi ini juga melihat kepedulian bersama di sini dalam kemampuan kapitalisme untuk menghancurkan prakondisi-prakondisi Kritis, kesadaran revolusioner. Ini berarti tiba pada kesadaran canggih tentang dimensi kedalaman di mana penindasan sosial mempertahankan dirinya sendiri. Ini juga merupakan awal dari pengakuan teori Kritis terhadap ideologi sebagai bagian dari dasar-dasar struktur sosial. Institut ini dan berbagai pihak yang ikut bekerja sama dengannya mempunyai dampak yang hebat terhadap ilmu sosial (khususnya Amerika) melalui karya mereka The Authoritarian Personality (“Kepribadian yang Otoriter), which melakukan penelitian empirik yang luas, dengan menggunakan kategori-kategori sosiologis dan psikoanalisis, untuk menggambarkan kekuatan-kekuatan yang mendorong individu untuk berafiliasi dengan atau mendukung gerakan-gerakan atau partai-partai fasis.
[sunting] Para pemikir dan pakar utama Mazhab Frankfurt
• Theodor W. Adorno
• Max Horkheimer
• Walter Benjamin
• Herbert Marcuse
• Alfred Sohn-Rethel
• Leo Löwenthal
• Franz Neumann
• Franz Oppenheimer
• Friedrich Pollock
• Erich Fromm
• Alfred Schmidt
• Jürgen Habermas
• Oskar Negt
• Karl A. Wittfogel
• Susan Buck-Morss
• Axel Honneth

Kritikus terkemuka terhadap Mazhab Frankfurt
• Henryk Grossman
• Georg Lukács
• Umberto Eco
[sunting] Rujukan
• Martin Jay. The Dialectical Imagination: A History of the Frankfurt School and the Institute for Social Research 1923-1950. Berkeley, University of California Press, 1996. ISBN 0-520-20423-9.
• Rolf Wiggershaus. The Frankfurt School: Its History, Theories and Political Significance. Cambridge, Mass.: The MIT Press, 1995. ISBN 0-262-73113-4.
• Jeremy J. Shapiro, "The Critical Theory of Frankfurt", Times Literary Supplement, Oct. 4, 1974, No. 3,787. (Bahan-bahan untuk penerbitan ini telah digunakan atau diadaptasi untuk artikel ini, dengan izin.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar